Target.

"Nanti klo gue punya bisnis, nggak mau ah pake target-target-an..."

"Ngga usah lah Fi target-target-an, nanti klo ga ksampean, stres loch..."

Hmmm... saya bingung dengan pandangan ini... Kita jalanin bisnis, pasti pingin untung kan yaa?

Bagaimana mungkin bisnis menghasilkan untung, buka toko kantor cabang baru, ekspansi ekspor ke negara lain, jika pelakunya takut atau enggan kerja dengan target?

Saya pikir, sejak kita lahir, kita sadari atau tidak, kita telah selalu bekerja dengan target. Bayi baru lahir saat inisiasi menyusui punya target mendapatkan puting susu. Kalau lapar atau ngompol, bayi akan menangis, targetnya dpt makan atau ganti popok.

Saat sekolah, pe-er dan lulus ujian semester adalah target kita. Bentuknya bisa hafalan, pemahaman rumus, latihan soal, bikin laporan hasil observasi dan praktikum, prakerin atau PKL. Untuk mendapatkan beasiswa. Untuk bisa lolos masuk PTN. Untuk lulus Sarjana. Ada target minimal nilai tertentu yang harus dicapai. Pelajar/mhsw yg punya target, prestasinya pasti lebih unggul. Pelajar/mhsw yang tak peduli target, biasanya prestasinya kurang dari rata-rata atau ketinggalan lulus bahkan bisa jadi drop out.

Saat kerja sebagai karyawan kantor ada target laporan setiap bulan yang harus kita setor ke atasan kita, ada target kehadiran atau sekian proyek selesai per 6 bulan, untuk penilaian kenaikan pangkat/gaji. Selalu. Karyawan yang kerja sesuai target atau melampaui target, biasanya lebih cpt naik pangkat, atau minimal jadi anak emas si boss, walaupun kenyataannya ngga pasti juga cpt naik gaji. Sedangkan karyawan yang tak peduli target, udah pasti karirnya mentog.

Saat berumahtangga, seorang istri pasti punya target, pingin bisa masak ini-itu, pingin rumah lebih rapi, pingin anak-anak sehat dan pintar, pingin semakin disayang suami. Suami yang baik pun pasti punya target, ingin selalu membahagiakan dan melindungi keluarganya. Pasangan yang tak peduli target kebahagiaan keluarganya, egois hanya mementingkan target pribadi, biasanya rumahtangganya akan hancur, audzubillahi min dzalik.

Para pemenang olimpiade juga, pasti, selalu, latihan dengan target, didampingi seorang coach atau menthor, mengikuti proses yang menempa semangat, fisik, mental, dan prestasi lebih baik. Target utama bawa pulang medali emas, trophy, dan bonus penghargaan lainnya.

Sama halnya dengan bisnis. Pelaku bisnis yang sukses, pastilah bekerja dengan target, pingin merebut pangsa pasar baru, pameran di Hotel A, di Gedung B, buka kantor cabang di kota C, ekspor ke negara D, ekspansi di benua E, dst. Targetnya kenaikan keuntungan. Sapa siiy pengusaha yg gak pingin untung?

Bagaimana bisa pede merancang dan mencapai target besar, tanpa stress ?

Bikin target-target kecil dulu. Pelajari ketrampilan-ketrampilan baru. Lebih bagus lagi punya Menthor yang mau membimbing kita sampe bisa. Klo nggak ada menthor, ya belajar otodidak. Belajar dari buku, majalah, seminar, internet, dan pengalaman orang lain yang sudah berhasil. Setelah itu eksyen lagi. Salah, gagal, itu sih biasa dalam proses. Ulangi lagi, dari tempat start yang lebih baik. Eksyen lagiiih...

Kondisi yang enak-enak itu ; penghasilan jutaan, miliaran, rumah baru, mobil baru, berangkatin orangtua naik haji/umroh, jalan-jalan ke Eropa, tetap punya banyak waktu bersama keluarga, jaminan pendidikan berkualitas, semua bisa kita nikmati hanya jika kita kerja dengan target. Target itu bikin kita tambah pinter, tambah semangat, tambah sukses, dan tambah tajirrr... insyaAllah.


Kita semangat beribadah ; shalat, shaum, sedekah, silaturahim, menuntut ilmu, dsb... itu pun krn kita punya target meraih keridhaan Allah SWT, mengharap surga-NYA, iya kan yaa :)