Wasiat Seorang Uti

http://mbafi.com/

Pengajian kemarin, bu Alma sharing, ada seorang Ibu, usia 70 tahun, menjelang Idul Fitri, menulis surat berisi nasehat-nasehat, yang beliau tujukan untuk anak-anaknya, para menantunya, dan cucu-cucunya. Tiga pekan setelah Idul Fitri, beliau.......... berpulang ke Rahmatullah.......... Innalillahi wa inna ilaihi rojiun.

Salah seorang putrinya menceritakan perihal surat wasiat ini kepada bu Alma, yang kemudian fotokopinya, sampailah di tanganku. Kubaca pelan-pelan, kata-katanya sederhana, tapi sangat menyentuh jiwaku. Penasaran apa isinya?


Assalamu’alaikum wr wb
Anak-anak yg sangat kusayangi

Saat ini saat yg tepat untuk Ibu/Uti minta maaf

Ibu/Uti menyadari bahwa ibu/Uti bukan orangtua yang terbaik, tapi dengan keterbatasan kemampuan, selalu saja ingin berusaha berbuat yg sebaik2nya buat keturunan Ibu/Uti, karena kamu semua adalah amanah Allah. Yang dimaksud “kamu” di sini bukan yang dilahirkan dari rahim Ibu saja, tapi menantupun sudah menyatu jadi anak Ibu.

Di kertas ini Ibu tidak berwasiat apa2 terutama tentang harta karena harta yang diwariskan juga tidak seberapa.
Ibu hanya berharap, dengan kemampuan yang diberikan Allah kepada kamu semua hendaknya bisa menjadi ciptaan Allah yang pandai bersyukur atas rejeki yang kamu terima.

Bersyukur, diwujudkan dengan lebih berbakti kepada Allah, dengan melaksanakan apa2 yg diperintahkan Allah dan menghindari larangan-Nya. Basis kamu adalah orang yang beragama Islam.
Islam artinya berserah diri, maka perdalamlah tentang agama Islam, supaya anak keturunan Ibu tidak menjadi orang yg sesat.
Jangan menunda-nunda lagi masalah ini, karena waktu yang hilang tak akan kembali lagi. Berangsur-angsur berusaha menuju ke arah yg lebih baik. Seperti Ibu sekarang ini sangat menyesali waktu yang telah hilang untuk mempelajari agama. Tapi maklum keadaan dulu di lingkungan Ibu lain dgn sekarang. Paling2 hanya diingatkan, “Sudah sholat, belum?”

Tidak dijelaskan mengapa harus shalat. Dan pengetahuan lain2 tentang agama kurang diarahkan. Buku2 agama juga belum banyak.

Namun semua ini Ibu maklumi dan tidak akan menyesali keadaan orangtua dulu karena jamannya juga lain.
Anak2ku dan cucu2ku, tolong pikirkan pesan Ibu/Uti tadi.

Mari bersyukur, bersujud kepada Allah dgn kepasrahan yg mendalam dgn kesadaran yg penuh. Ibu berdoa semoga Allah membukakan jalan yg lurus dan selalu membimbing kita di jalan yg benar. Sadari benar2 bahwa kita hanya hamba Allah yang wajib tunduk dgn apa yg diperintahkan.

Selanjutnya tentang macam-macam cobaan, tiap orang pasti diberi. Dan percayalah bahwa Allah mengukur kemampuan kita.

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya,” potongan Al Baqoroh ayat 286.

Dan cobaan itu diberikan untuk menambah ketaqwaan kita.
Kalau kita sedang diberi cobaan, bagi orang yg beriman, pasti akan menyebut nama Allah, mau menyebut siapa lagi kalau bukan Dia?
Jangan sampai kalah dgn bujuk rayu syaithon utk menggelincirkan kita.
Kita diberi ujian tapi juga diberi buku petunjuk bagaimana cara mengerjakan soal itu. Semua soal2 dan jawaban ada di dalam Al Quran dan Al Hadist. Oleh karena itu mari kita pelajari buku-buku itu, kita laksanakan perintah-Nya dan hindari larangan-Nya. insyaAllah surga-lah jaminannya, tempat yg kekal.

Dengan sisa umur entah sampai kapan kita berhenti bernapas, mari kita belajar sebaik2nya, mari kita bermuhasabah, introspeksi, saling menyadari sendiri apa kekurangan kita sebagai hamba Allah, merenung, beritikaf menghadap Allah. Bagaimana supaya hidup kita tidak sesat, mari kita bersama memperdalam pedoman hidup kita Al Qur’an dan Hadist.

Jangan sampai bilang tidak ada waktu, atau pasrah saja bilang tidak bisa baca Al Qur’an. Pupuklah kemauanmu insyaAllah kamu pasti bisa. Tidak ada kata terlambat. Ada kisah seseorang yg sudah berumur 70 tahun bisa hafal Al Qur’an karena kemauan yg keras dan/maka diridhoi Allah. Yang sepertinya tidak mungkin bisa jadi kenyataan.

Jangan malu belajar, malulah kepada Allah yg sudah memberikan banyak kenikmatan. Kita diberi hati, mata, telinga, mulut, otak, Alhamdulillah semuanya sehat tanpa cacat, dan masih banyak lagi kalau disebut begitu banyak tidak bisa kita hitung nikmat Allah, sekarang apa tanda terima kasih kita kepada Allah, sedang atasan kita dalam pekerjaan saja diberi upeti supaya kita diperhatikan, disayangi, padahal itu hanya sementara. Ya Allah Ya Razaq ampuni kami ini.

Anak-anak dan cucu-cucuku, Allah menciptakan kita bukan main-main. Kita diciptakan Allah setelah alam ini ada, diberikan kepada kita untuk kita tempati, kita nikmati, kita tidak bersusah payah, semuanya sudah tersedia. Kita diciptakan Allah sebagai Khalifah di bumi, bukan seperti kita membuat mainan, setelah rusak dibuang saja. Tapi kalau kita, nanti akan diminta pertanggungjawabannya.

“Maka apakah kamu mengira bahwa kami menciptakan kamu secara main-main [saja] bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami.” Al Mu’minun ayat 115.

“Apakah manusia mengira bahwa ia akan dibiarkan begitu saja?” Al Qiyamah surah 75 ayat 36.

Thaha surah 20 ayat 15 [ibu sengaja tanpa tulisan arab, ibu berharap kamu bisa mencari sendiri di dalam Al Qur’an].

“Sesungguhnya hari Kiamat akan datang, dan Aku merahasiakan (waktunya) agar tiap-tiap diri dibalas dgn apa yg diusahakan.” Al Ankabut surah 29 ayat 64.

“Dan tidaklah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhiratlah yg sebenar2nya kehidupan, kalau mereka mengetahui.” Al Israa’ surah 17 ayat 10.

“Siapa mghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dgn sungguh-sungguh, sedang dia adalah mukmin, maka mereka itulah orang2 yg dibalasi dgn baik.” Al Israa’ surah 17 ayat 19.

“Manusia yg paling cerdik ialah yg terbanyak mengingat kematian, serta yg terbanyak persiapannya untuk menghadapi kematian itu. Mereka itulah yg benar2 cerdik dan mereka akan pergi ke alam baqa dgn membawa kemuliaan dunia serta kemuliaan di akherat.” Hadist Riwayat Tirmidzi, Ibn Majah, Hakim.

Anak-anak dan cucu-cucu yg kucintai,
Untuk semua ini dengan contoh-contoh ayat-ayat Allah dan Hadist mari bersama Bapak Ibu / Akung Uti , selesai bulan puasa ini insyaAllah hati kita sudah bersih, amiiin. Kita mulai lagi berusaha ke arah kehidupan yg lebih baik, suasana yg nyaman, keluarga yg sakinah mawaddah warahmah, keluarga yg tentram penuh kebahagiaan, dan kasih saying.

Kita tingkatkan kesempurnaan shalat, dgn tepat waktu [awal waktu] , tuma’ninah, tidak tergesa-gesa, berusaha lebih khusyu’, banyak berdoa, dan memahami menghayati apa yg kita ucapkan. Karena pada saat shalat kita sedang berhadapan dgn Allah.

Anak-anak dan cucu-cucu, ini dulu yang Ibu/Uti sampaikan. Di antara kita pasti ada kesalahan, kesalahpahaman, ketidakcocokan. Mari dengan hati yg benar2 tulus kita saling memaafkan, menghindari pertengkaran, bina kekompakan, cari kecocokan. Kita manfaatkan akal pikiran yg sehat sehingga bisa saling menghargai, kurangi egoismu, saling mengingatkan yg lupa, terutama saat menurunnya iman. insyaAllah kita selalu dalam lindungan Allah Swt.

Ya Allah Tuhan kami berilah ketenangan pandangan pada istri / suami kami serta keturunan kami dan jadikanlah kami pemimpin dari golongan orang-orang yg bertaqwa.

Amiin